Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2012

Pendidikan, Orang Miskin Silahkan Minggir!

Pendidikan, Orang Miskin Silakan Minggir! SESUAI ketentuan regulator pendidikan (kemendiknas dan pemda) bahwa pendidikan di tingkat sekolah dasar bebas uang sekolah alias gratis, tetapi di lapangan tidak bebas dari pungutan. Sudah jadi rahasia umum bahwa orang tua (ortu) murid selalu dikenakan ketentuan biaya tambahan dengan dalih macam-macam. Memang pungutan itu secara resmi ditentukan secara musyawarah melalui komite sekolah atau persatuan ortu murid, tetapi semangat yang dibangun dalam pertemuan itu adalah berupaya mencari pemasukan dari semua ortu. Pendidikan yang baik memang membutuhkan biaya yang tidak sedikit, tetapi dalam musyawarah itu selalu saja membebankan biaya kepada ortu dan tidak pernah secara kreatif mencari sumber-sumber dana lain seperti kerjasama dengan pihak industri. Jika kegiatan ini dilakukan tentu tidak akan banyak membebani ortu, terutama mereka yang kurang mampu membayar pungutan. Bukan rahasia umum lagi bahwa dunia pendidikan kita sangat mudah dija

Pendidikan Karakter yang Beradap

Secara logika pendidikan, aksi kekerasan yang anarkis, tawuran, ketidakdisiplinan, kenakalan dan  bullying yang dilakukan oleh pelajar dan mahasiswa di dunia pendidikan tidak mengherankan. Mengapa demikian? Karena antara arah pendidikan yang disusun dalam  UU dan praktek pendidikan di lapangan sangat berbeda. Dalam rancangan Undang Undang Sistem pendidikan no 20 tahun 2003 sangat "indah" sekali yakni menghasilkan lulusan pendidikan yang memiliki kecakapan intelektual beriman, bertqwa, berakhlak dan seterusnya. Tetapi dalam kenyataannya praktek pendidikan mengarahkan anak didik hanya pada kecerdasan intelektual semata. Mereka "dikejar-kejar" untuk sukses ujian nasional (UN). Tiap hari mereka dicekoki sederet rumus-rumus dan pelajaran mnekanistis berupa hafalan dan dilatih hanya dalam tingkatan koginitif tingkat rendah. Sedangkan sisi afeksi dan penanaman nilai etika norma dan moral sangat jauh api dari panggang alias tidak terbukti dalam praktek hanya sebat

kebudayaan suku batak

Makalah Sosiologi Suku Batak Bab I Pendahuluan A.    Latar belakang Suku Batak Orang Batak adalah penutur  bahasa Austronesia  namun tidak diketahui kapan nenek moyang orang Batak pertama kali bermukim di Tapanuli dan Sumatera Timur. Bahasa dan bukti-bukti arkeologi menunjukkan bahwa orang yang berbahasa Austronesia dari  Taiwan  telah berpindah ke wilayah  Filipina  dan  Indonesia sekitar 2.500 tahun lalu, yaitu di zaman batu muda ( Neolitikum ).  Karena hingga sekarang belum ada artefak Neolitikum  (Zaman Batu Muda) yang ditemukan di wilayah Batak maka dapat diduga bahwa nenek moyang Batak baru bermigrasi ke Sumatera Utara di zaman logam. Pada abad ke-6, pedagang-pedagang  Tamil  asal India  mendirikan kota dagang  Barus , di pesisir barat Sumatera Utara. Mereka berdagang kapur Barus yang diusahakan oleh petani-petani di pedalaman. Kapur Barus dari tanah Batak bermutu tinggi sehingga menjadi salah satu komoditas ekspor di samping kemenyan. Pada abad ke-10, Barus dise